buat Cici yang tak pernah ku tau lengkap namanya
SENYUM YANG MEMANCARKU
KAU YANG JAUH
DUA DIA
SEPENGGAL ANGAN
HANYA MERINDUKANMU
DITEMANI BAYANG
MERUSAK SEGALA
SEJAUH HATIKU DI HATINYA
RINDUKU MILIKMU JUGA
BEKU KARNA RINDU
SYAIR
SEJUTA MAKNA LEBIH
MAU BICARA
MALU
BELI HATI
PERLU JAWABMU
MIMPI 1 (CERITA DARI MIMPI)
KESAKSIAN PENGHIAS SEPI
KABAR PAGI HARI
TINGGAL DI HATIMU
INTUISI
MELANKOLIS
BERJAGA
LELAGUAN
TERTINGGAL
BERSEPAKAT
JANGAN TERPENGARUH MUSIM
KEKOSONGAN
SURAT PENOLAKAN
BICARA APA LAGI
KAU LUKISAN
TAK BENAR-BENAR
TERTUTUP
MUARA DI HATIMU
MENAWAR SEPI
LAYU BAK JIWAKU
MALU-MALU KUCING
GARA-GARA KAU
DI LUAR RENCANA
MENUNGGU PINTU ASA TERBUKA
MIMPI 2
MIMPI 3
KISI-KISI MIMPI
DI BALIK JENDELA
EKSISTENSI
BUMIKU
MENGASUH BAYANG
HATI DIBALAS HATI
DEBAR
MASALAH JARAK
TERLANJUR
TEMPAT BUAT CINTAKU
RITME KEHIDUPAN
CINTAKU TERSELIP DI BUKU
MIMPI 4
MIMPI 5
RINDUMU KU RINDU
JADI DINGIN
MIMPI 6
KURANG ADA SAPA
MIMPI 7
CUACA HATI
TAK SELALU SAMA
CINTA KADALUARSA
LAGUKU BUKAN NADAMU
UH...
HAI BINTANG
MEMBERATKAN
MENYENTUH (KUTIPAN JUDUL BUKU)
MIMPI 8
AKU BUTUH
HABIS KATA
UNDERSTANDING
BERIKAN AKU
SEDETIK TANPAMU
NIKMATI
KALIMAT PENGHARAPAN
HUH !
MATI RASA
KISAH TENTANG KAU
PERGI YANG MELUPA
LAMPIAS CINTAKU
IDENTITAS
SAPAAN ANGIN
MIMPI 9
SI HATI PUTIH BERJILBAB HITAM
WAKTU DI SAMPINGMU
DARI SABDA NABI
ISTIKHARAH
KITA MEMANDANG
PERLU DIMENGERTI
MIMPI 10
USAH PERGI
ADAKAH BAGIKU
MIMPI 11 (PENUTUP)
SEPANJANG MALAM
SAPAAN PAGI
MELUKIS HATI
Coming soon ...
Coming soon ...
ingin ku merebut senyum itu
senyum yang membuat matahari kalah terang
pun membuat bulan cemburu karna sinarnya
cintaku, dekaplah diriku dengan hangatmu
cinta yang dari lembutnya hati
lalu bertukar jiwa
cinta, lelah aku mengejarmu
kau terlalu jauh
sedang asaku masih tertatih
dan aku bagai matahari yang membenam
demi jiwa yang mengharap sisa-sisa kasihmu
kiranya kau dapat tunjukan setitik mau yang dipendam
dapatkah kau, cintaku?
apakah dia bintang yang lama tenggelam,
ataukah bintang baru dengan cahya memacak di hatiku?
ini dunia seluas mimpiku karna namanya
buat ku jadi terhimpit
antara siang-malam,
antara dia masa lalu dan yang kan datang
mengapa jantungku selalu berdebar ketika ku pandang matanya
dan merasakan binarnya sebasah anganku?
apakah dia rasakan kristal-kristal penantianku
yang menggumpal di dasar hatinya?
ah!
andai dia tau bahwa surgawi mimpiku adalah keindahannya
selarut ini aku tak melihatmu bersama
mata yang khas karna caranya memandang.
aku tak lagi dengar nada yang menggetarkan
seluruhku jadi seluluh ini.
jika tak lagi mungkin ku dapatkan kesempatan itu,
aku tak lebih hanya kan mampu merindukanmu.
purnama yang gagah merangkul kesunyian,
aku yang menguasai malam sekarang, bukan kau!
kau cuma memantulkan cahaya...!
yang ketika separuh bulanmu menertawakan kesendirianku,
kau sembunyi kemudian di balik bumi yang terapung,
di antara gumpalan kabut hitam yang menelan keindahan
lalu dengan begitu kau pikir bisa menjatuhkan cahayamu...?!
tidak sama sekali!
aku yang menguasai malam sekarang, bukan kau!
kau kerjanya cuma menyaksikan kehadiranku dan,
membuat bayanganku membekas di sini.
mencintaimu menguras energiku,
menghabisi perasaanku,
dan jejak yang kau tinggalkan di halaman hatiku
merusak semua yang tumbuh di atas kesuburan kasihku.
adakah kau di tempat jauh itu merasakan kepedihannya?
kau perusak segalanya!
aku mengungkapkan perasaanku pada sehelai daun yang jatuh karna
kegugurannya,
pada debu yang menebar di udara, pada embun setetes yang menyerap di pori
kulitku
maka apakah mereka mendengar
lalu menyampaikan rasa rinduku?
ada pun cahaya bulan berdiri memandang sebelum
fajar mengusirnya,
dan di balik persembunyian itu petang menyerang.
apakah dia juga memahami isyaratku?
lalu sejauh mana cintaku tau bahwa aku begitu mencintainya?
aku kehabisan kata membicarakan kerinduan
adakah kata lain yang dapat menggantikannya tanpa merubah arti
dari kata seindah itu?
hatiku yang pekat ini tak cukup luas menyimpan rindu untukmu
maukah kau rindu ini jadi milikmu juga?
kini pagi menjelang siang, bidadariku...
mentari dengan garang melelehkan udara
sementara hatiku masih beku padamu akan rindu
kau bukan hanya syair cinta bagi pangeranmu
tapi romantisme puisi yang lebih dari maha karya pujangga
aku pun melagukan namamu dengan sendu
dan tak hanya rindu yang ku senandungkan
bahkan aku selalu menyempurnakan syairmu
dengan pena cintaku
deras darahku mengalir, perempuan hatiku
lidahku pun sulit mengucap kata
jantung yang berdebar ini digetarkan sekali senyum
milikmu
ah, perempuan yang betah singgah di hatiku,
andaikan ada satu kata yang maknanya lebih dari pada cinta,
aku kan berikan untukmu sejuta kali lebih daripada itu
aku mau bicara padamu
tentang beberapa mimpi yang tersangkut di lorong hati
maka jangan hanya karna bisikanku terlalu mendayu
lantas gema panggilan namamu berhenti berpuisi
sebab rinduku tak mungkin membelah arah menuju rindumu
hanya karna malu, rinduku jadi beku
mata yang mestinya menyerang jadi semati petang
tapi asa yang menggeliat masih sembunyikan rasa
padamu
dan dengan sedikit keberanian, aku menepi di pinggiran batas halusinasi
tentu demi kau yang dinanti
sungguh aku tak mampu membeli hatimu yang mahal dan
berharga itu. andai boleh, aku menukarnya
dengan rindu dan asa.
biar nanti ku ambil cinta dari dalam kantong hatiku.
dengan begitu hatimu cuma aku yang miliki
setujukah kau dengan penawaranku?
perlukah aku mencari serpihan asa jika hanya tersebar
di semak hatimu?
pantaskah aku datang ke mimpimu
sedang aku tak selalu mampu menelusuri jejakmu?
dan jika saja kau dapat memberitahu tempatmu menaruh rasa,
aku kan sembunyikan cintaku di sana
malam tadi kau datang di mimpi
padahal kau tak kenal aku siapa
bahkan kau rebut tangan ibuku dengan tulus kecup
dari seorang hawa-dirimu-
hingga bertiga kita dapat arti tentang kasih
sebab begitu, bagaimana mungkin aku tak sampai mencintaimu?
sepi menyanyi dalam sketsa wajah malam
separuh bulan cuma diam
dan gemintang mengedipkan kilaunya pada kelam
bayangku pun cuma menari merayakan kesepian
sebab,
begitulah caraku menyambut penantian
nanti biar ku ceritakan pada waktunya
tentang kabar dari angin menuju pelabuhanku
sebelum itu kapal-kapal singgah
sementara kita sibuk mau bekerja
kau tau?
ada yang menyelinap mimpiku sepagi itu
aku tak punya alasan mengapa ada cinta
yang sesering itu bertamu
apakah persinggahannya hanya untuk kembali ke rumah hatimu?
ku pikir cuma kau yang bisa mengantarnya pulang
ataukah kau kan membiarkannya tinggal di sini?
aku menulis dalam puisi
karna jemarimu yang menyuruh
aku melukis dalam ilusi
karna bayanganmu yang mengajariku
dan aku terharu dalam nurani
karna suaramu yang menyentuh
dan terimalah hati yang gemar menyanyi ini
layaknya musikalisasi rindu
aku seperti mau tak mengarang lagu lagi
aku kepingin nyanyi
menyanyi tentang kekalutan
tentang apapun yang menjadikan waktu dihambur-hamburkan
aku seperti tak mau tau tentang diriku, pikiranku,
dan ketidaksabaranku
pun bagaimana keadaannya
aku cuma peduli dengan perasaanku
pelangi bukanlah warna yang membaur
tapi cuma biasan hujan
tak seindah kau punya lukisan
senja bukanlah mentari yang terkubur
tapi cuma perbatasan
tak seindah hatimu yang menenggelamkan
tau apa bumi yang memutar siang jadi malam
aku lebih tau sekalipun cintaku cuma dipendam
beberapa kalimatmu ku jadikan lelaguan
dan rinduku yang memainkan nada-nadanya
adapun rindumu yang pandai bersiul dengan getar
di bibir kemerahan
namun,
hembusan nafasmu tak begitu ku kenal
mengingatmu tak mampu buatku tidur
padahal sudah larut begini mimpi menanti
apakah aku harus berlupa sejenak?
tapi esok akankah ku mendapatimu lagi membagikan senyum?
dan seolah kau enggan berlalu
bagaimana tidak,
beberapa minggu ini bayangmu tertinggal di ranjang hatiku
cinta yang terkubur dalam-dalam di jiwaku,
kita mesti buat kesepakatan
maukah kau menukar cintaku dengan cintamu?
sepenggal purnama lalu aku sudah berikan satu-satunya
yang kemudian kau simpan sendiri
karna itu, kau berutang satu cinta padaku
jadi kapan kau kan menyerahkannya?
ada yang sedingin salju dari sikapmu
apa yang buatmu sebeku itu, sayangku?
cinta usah kau buang ke kerannjang
aku mau merawatnya bersamamu
maka jangan sampai kehadirannya dipengaruhi musim
di laci hatiku seberkas rindu menumpuk dan digerogoti mati
setiap lembarannya tulisan kosong bertandatangan namamu
aku tak mau lagi menyimpannya bila tak juga kau tuliskan
satu cerita untukku
kau alamatkan surat penolakanmu padaku
tentang ketidaksepahaman
memang belum ku baca pasti
tapi ku rasa kau mengirimnya ke tempat yang bukan tujuanmu
baiknya kau datang ke sini dan klarifikasi
mestinya tak ada pertemuan yang pantas diperkenalkan
tak ada perbincangan yang layak diperdebatkan
kecuali masih tersimpan tanya tentang,
apalagi yang mesti kau bicarakan padaku?
mungkin aku kan bilang di dirimu punya nilai seni tinggi
ketika aku menghadiri pameran buah karya hatimu,
lalu timbul hasrat buat memililki.
indah memang,
namun sayang, kau cuma lukisan.
aku kira kau tak benar-benar mau pergi dan melompat
pagar hatiku yang dikunci
nyatanya ada yang lalu sampai muka berpaling,
tanpa menitip senyum kehilangan
maka tak beranikah berpamit pada ibu-ayahku?
jika kau tak benar-benar mau di hati,
apa ku harus kabur dari rumah sendiri?
engkau lama mengabur mata,
melenyap cerita
kemana kau alpakan wajah malu-malu,
semua dari dirimu tanpa sedikit kasih dikembali?
dan kau perlu tunjukan segala arti tanpa sembunyi-sembunyi
aku bagai melaut dalam sebilah papan retak
di antara tamparan ombak menyeruak
tapi hatiku tetap tenang
yang dituju cuma satu
: pelabuhan kecil yang jadi tempat bermuara cintaku
kalau bukan karna seruanmu yang mengajakku
dari persandaran sederhana ini, aku takkan beranjak
sekalipun sepi
lebih ku pilih merangkul panggilanmu ketimbang
duduk sendiri meski ;
aku merasa jiwamu terus ada dengan desahnya di antaraku,
sementara jasadmu telah lalu
sepasang matamu menatapku yang layu
sejumlah kata pun gugur sudah ditebang pandang
rupanya kau mulai merayu
lantas mata hatiku menanggapi juga dan menanya,
kau tak memandangku sebelah mata bukan?
aku dan bayangku duduk berdua satu sandaran
tiba-tiba kau dan bayangmu duduk juga berhadap-hadapan
pertama kau bersapa lalu aku hendak berkata,
eh bayangku dan bayangmu saling mengumpat kucing-kucingan
aku memulai mimpiku larut sekali
sampai menyetubuhi pagi yang kesiangan
gara-gara lama terlalu ada kau
padahal sejauh ini baru 2-3 kali kau hadir di mimpi
tak ku rencanakan sebelumnya sampai punya rasa
entah seperti yang bagaimana
atau buat apa
tapi biasanya padaku cinta datang menggamit
hilang pun tak berpamit
dan aku tak pernah tau batas waktu hingga aku tak lagi
mengharapmu
masih tertutup rapat cintaku yang separuh hati
belum lagi ruang-ruang buat nafasnya cuma
mengandalkan kerinduan
mimpimu pun celah-celahnya tak ku jangkau
sampai kapan aku mesti menunggu kau membuka pintu
harapanmu?
temanmu bilang yang ku pendam sudah diketahui orang-orang
lagi buat apa disembunyikan? katanya
kala itu kau kaku
sekaku batu-batu
bukankah selama ini kau yang selalu melempar rindu
saat ku selami mimpi?
entah kenapa mesti ketemu kau di tempat seperti ini
apa lantaran kan ku temukan sepatah cerita
buat sajak-sajakku?
lalu terlanjur kau menanya,
baru berapa sajak yang kau buat untukku?
belum sampai seratus, jawabku
tidaklah aku kan bertanya-tanya
kecuali ku tau warna hatimu dan isinya
apakah sama dengan yang ku punya?
tapi bila ku perhatikan, lukisan di matamu seperti kisi-kisi di mimpi
belum kau mengerlingkan mata saja jantungku dibuat
goyah sampai ke akar-akarnya
lelah kau peluk tika sejenak menyisih istirah
dedaun tanaman yang hampir basah kena keringat malam
padaku menyebelah
mata-mata jendela juga natap tajam
lantas kenapa bulan padamu masih malu?
terlalu mempesonakah dirimu sehingga cahyanya tak menyeru?
habis begini larut sudah kau bikin mengerut wajah kegilaanku
ya, masih ada beberapa menit buat kau mengejar puncaknya malam
(dikira kau tau aku masih mengintipmu di balik jendela)
kasihku, namamu ada beserta sehembus nafasku,
secarik puisiku, sebait laguku, dan segenggam hatiku.
ku ingin semakin banyak karya namamu dalam segenap
pujianku,
semakin besar pula eksistensimu dalam hidupku.
jangan kau buat bumiku goyah, sayangku
sebab nanti langit bukan lagi tempatku tengadah
sejauh ini rindu telah membikin retak bumiku
taukah kau, sayangku?
bumiku juga bisa rapuh ketika merasa
aku kepalang membiarkan hati yang menyalak ini
dicemooh mimpi
rindu yang mengais cintaku pun enggan menyerah diri
ah lagi-lagi terjatuh dan mengemis pada waktu
tapi benarkah kerjamu dan ku cuma mengasuh bayang?
kau bisa ku bilang pandai mampu mengambil hatiku diam-diam
sampai diriku mendayu lewat senyum yang merayu
sulit ku terima nantinya bila kita itu bukan kau dan ku
maka tunggu saja sampai kembali ku merebut hatimu
kini telah sampai rindumu di permukaan hati
ia juga sempat resapi pembuluh dan mempercepat jalan darahku
gimana bisa tenang?
bentar-bentar kau membikin detak nadiku tambah berdebar
raga kita jauh meski berada dalam satu tatapan bulan
secara logika kita memang terdampar
di tempat sama
: bumi
hanya saja kondisi dan situasi yang membedakan
namun aku tetap memposisikan hatimu di hatiku
agar nantinya kita tak dipermainkan jarak
belum sempat ku rekat kalimat padamu lewat
lembar-lembar malam
dari pandangku bayangmu keburu kabur
hendak ku titip perbekalan buat petualanganmu di mimpi
tadinya
tapi,
ya sudahlah...
sudah terlanjur
...selamat tidur...
inilah mimpiku
tempat dimana kau dapat merebahkan bayangmu
inilah bayangku
tempat dimana kau dapat menitipkan hatimu
inilah hatiku
tempat dimana kau dapat menaruh cintamu
inilah ...
kumohon berikan tempat di dirimu sepenuhnya buat cintaku
kita, dalam arti kata kau dan ku mesti bicara
memperkenalkan masing-masing diri pada intinya
wajar bila tak sependapat, apalagi banyak kata yang tersendat
tapi yang mesti dimengerti dari ritme kehidupan
adalah keserasian
manakala antara keseluruhannya mengenai cinta yang ikatan-ikatannya
berkesinambungan
kau boleh dirikan sendiri perpustakaan pribadi
yang memuat karya sastraku
setiap bukunya puisi-puisi bersajak non fiksi ditulis tangan
yang hak ciptanya bukan tuk dipersembah pada wanita manapun
melainkan ku beri cuma-cuma padamu, pustakawatiku..
karna cintaku terselip di sana.
kau kehadirannya bagai bulan
cahyamu juga dipantulkan bintang lain
paling sering kau gentayang beberapa malam sekali
namun bukankah aku masih tetap memberimu sinar
dari balik sebagian bumi?
itu pun jika kau bilang aku yang ter- dari bintang-bintang
lewat sekelebat angin yang menyibak rambutmu ku buat
sajak kecil-kecilan
kiranya dengan begitu dapat ku buktikan sedikit banyak perhatian
sedang kau menunggu rindu siapa?
tidakkah kau pahami betul komposisi puisiku dari sekian sajak itu?
rinduku masih terjaga 24 jam dalam sehari
dan kau cuma sesekali menyapa dalam seminggunya
wahai perempuan yang orang-orang menyebut namamu begitu sederhana,
kau tak mesti tinggalkan rinduku berpulu-puluh jam lamanya
berangsur baikan batinku sehabis dibalut kalut kerinduan
lagi beku malam dan yang memaku padaku sama dinginnya
tapi bukan maksud meninggalkan bayangmu
tubuhku dipaksa dingin menjadi, saking lama menunggu
ku kejar kau kemudian pagi pula
lalu jadi langkah kita
ternyata masih maya
aku begitu senang
begitu kau menyeru menyambut namaku
namun kurang ada sapa ku rasa
mungkin dalam hati kita saling tanya,
cinta ku baca bagaimana bila bersapa itu-itu saja?
sesampai barisan depan dari larinya para pemimpi
rohku teriak sendiri
memantul bunyi keras sekali
memental nama Cici
yang tak pernah ku tau lengkap namanya
dan selagi rohku mencari-cari dimana raga,
aku terus menelusur yang punya nama
senjaku tak menentu
kadang hilang, kadang malam mempercepat petang
tapi tidak apa
asal mentari jangan sembunyi lagi
biar pun angin angkuh
biar pun dingin merengkuh
dan seperti suasana hatimukah?
seperti yang sudah ku ragukan
akhirnya kau melibatkan cintaku dalam kesementaraan
lalu mengapa di awal-awal aku bisa sampai mau mengharap darimu
sesuatu?
padahal belum tentu
nyatanya, mimpi dan asa jauh tak selalu sama
bila cinta kehadirannya tak mau lagi diterima
ku anggap sudah kadaluarsa
sebab rumahmu tak menghendaki kedatangan tamu yang sepertiku
yang mau kau persilahkan masuk dan setidaknya bersinggah
tangismu adalah nada
tawamu adalah nada
teriakmu juga nada
: nada yang menyentuh jiwa
rinduku adalah lagu
cintaku adalah lagu
sendiriku juga lagu
- tapi mengapa laguku tak senada denganmu?
ke dalam mimpiku anginmu merasuk
pada hatiku pun desirnya mengetuk
uh, dinginnya membeku rasa
tak ku mengerti angin begini
angin macam apa?
bintangku bintang yang ada di siang-malam
yang lalu bayangnya ditelan pekat kelam
hai bintangku yang sendirian
siapa berani sembunyikan pelita-pelitamu?
hatimu hendak bicara yang kata-katanya memberatkan
sedang hatiku pula mulai memahami
lalu ku coba mengeja lagi kata dan sikapmu yang berlalu dariku
namun belum dapat ku terima
aku denganmu kenalnya tak sengaja
seperti kata puisinya Kartika
"ku kenal kau lewat malam"
meski begitu, lewat matamu sesuatu ku gambar
seperti kata puisinya Azhar
"mata yang memberi"
sebab di sanalah sumbernya air mata
seperti kata puisinya Syaiful Irba Tanpaka
"karena bola matamu"
.............................................
aneh, padaku kau menggerutu
yang kau mau apa dariku?
aku tak punya apa-apa lagi selain;
mimpi, rindu, asa, rasa, dan cinta
lantas mau diambil semua?
hmm...
sebentar dulu kalau begitu
kan ku bawakan untukmu...
cintaku mau mati tapi,
aku tak mau diobati sekalipun kau seorang suster
aku tak mau disembuhkan sekalipun kau seorang dokter
tapi yang ku butuhkan
adalah seorang perawat sepertimu
yang sedianya mau merawat cintaku
apa yang mau dikata?
sudah kau baca semua sebelum aku hendak bicara
dan hey!
kau seolah tak memberiku kesempatan buat mengalihkan pembicaraan
alasannya,
mungkin kau tau ku punya rasa
benarkah?
jika hati yang terdalammu punya tanya kenapa cinta dilahirkan
tak sedikit pun bisa ku jelaskan
atau jika saja
kau minta pemahaman yang mendalam
sesungguhnya aku tak pernah 'ngerti yang buatmu mampu
luluhkanku
berikan aku sepercik asa
bila memang benar ada
berikan aku secarik cerita
bila memang pena tersedia
berikan aku secarik kata-kata
bila memang kau punya
sebab aku kan menuntutmu satu pengakuan sejujurnya
sebab aku suatu waktu kan penuhi mauku
sedetik tanpamu sedetik yang menjenuhkan
tak terhitung ku habiskan detik-detikku memangku bayangan
adakah sedetik waktu di pikiranmu memikirkanku?
seperti detik-detik yang ku cengkeram bayang sendiri
ketika ku nanti kau di sisi
nikmatilah air mataku, kasihku
aku sedang duka
nikmatilah darahku, sayangku
aku sedang luka
dan ketika hatiku mati,
nikmatilah kesendirianmu akan kehilangan
kini hampir tak bisa ku kutip lagi kalimat-kalimatmu
jejakmu saja sudah mau dihempas debu
tapi aku cuma perlu beberapa kalimat saja, sayangku
salah satunya adalah kalimat yang menyatakan bahwa
kau juga mencintaiku
"sudah malam, teman
apalagi yang kau pikirkan?" kata bulan
"mari berlupa, sobat
biarkan sepi menggeliat," ujar malaikat
"eh, gadis yang di hatimu bukankah masih tertutup
hatinya?" tanya malam
"ya, meskipin begitu aku tetap sangat berharap
dapatkan cintanya," jawabku
"huh, dasar pemimpi !" balas mereka senada
pernah kau buatkan buatku cinta dari rasa
tak lama, telingkahmu berubah setelah ku semai dengan asa
tanya dan keragu-raguan pun tumpah
tapi bukan mauku bila rasa ini mati di tangan cintaku sendiri
aku mau cerita tentang kisah
yang di dalamnya ada kau
pertama itu, di pagi tentu dimana kita hendak bertemu
hendak main sapa
kau tau kisahnya memang begitu-begitu saja
seperti mimpi yang berkepanjangan
tapi ternyata, kau dan kau lagi
kau melulu
ah, ku pun tak sanggup melupakanmu
mengikuti kepergianmu mengikuti juga bayangmu di pikiranku
langkahmu pula tak terhitung berapa jauh saat kau melupa
sayang, lihatlah ke belakang
betapa lelah ku urai arah
mestikah terus ku ikuti langkahmu atau ku nanti bayangmu
kembali lagi?
sebuah cerita datang dari kau yang berada
adalah kumpulan puisi-puisi pelampiasan cintaku karna;
nada-nadamu beri ku kekuatan,
gerak-gerikmu bagiku kehidupan,
dan di sisimu sangat ku harapkan
tapi, untukkukah di hatimu kasih kau tanam?
sekilas wajah ku kenal kau
dan sebuah rumah yang tak jelas tempatnya
entah tersangkut dimana waktu ku alamatkan pesan-pesanku
mungkin terlalu sempit bagiku dalam peluang penerimaan
maka, dengan ku hapus sketsa wajahmu aku takkan lagi bilang,
bertempatlah di hatiku senyaman dan selama mungkin
belum ku tau maksud hati yang mempertemukan kita
lewat sentuhan angin
kala itu aku sedang enak-enaknya main debu
kata desirnya, buat apa bersapa jika akhirnya cuma menapak jejak?
pikirku benar juga
kalau begitu, apalagi yang mesti diluruskan antara aku yang
mau melupakanmu
dengan kau yang tak pernah mau mengenalku?
kau terlalu berarti nilainya dibanding diriku buat membayar
kealpaan mimpi
ataukah memang aku takkan pernah diizinkan datang?
sementara dengan sibuknya kau membagikan senyummu padaku
yang hampir menyerah
ku kira hatimu pula yang mau kau beri
dan hanya saja kau lupa menyapa hatiku buat
mencegah rasa cemburu
yang ku tau hatimu putih
bibirmu putih
tubuhmu putih
sebab suci itu putih
dan ternyata kau terlihat lebih cantik dengan jilbab hitam
yang teduhnya sembunyikan rambut hitam
aku sedang senang sekarang
kini akhirnya kau datang bawakan tenang
rasanya sulit diungkapkan apa yang tersimpan di pikiran
sebab yang pasti, bagiku begitu berarti
dan takkan pernah pudar
dan aku kan merasa lebih senang lagi andaikata kau mau ku jadikan tempat bersandar
kata Nabi,
"Aisyah adalah bidadari yang diturunkan Allah untukku
dalam wujud manusia,"
dan maka bagiku bidadari yang diturunkan Allah untukku itu
adalah kau,
sebab beliau
kau lebih pasrahkan pada yang mana antara takdir dengan nasib yang kau ciptakan sendiri?
ataukah keduanya setelah Tuhan yang disembah?
sebab kita punya banyak pilihan membingungkan
dan selama masih sujud-sujudku dalam permohonan,
aku yakin, aku tak salah memilih kau dan doa yang baru saja ku kenal
adalah keterlanjuran ketika sudah ku dekap hatimu meski
tak saling berdekatan
bukan pula sebuah kesanggupan jika bagiku kau mesti dilupakan
kecuali dengan sendirinya kau makin jauh dari pandangku
tanpa mengenal asa
maka jangan cuma memandang kau siapa-aku siapa
jika belum datang pasti tentang masing-masing perasaan hati
tak sedikitpun yang ku tau tentang kau
begitupun kau yang tak tau apa-apa tentang isi hatiku
baik seberapa dalam atau seberapa lama cintaku dibesarkan
tapi suatu nanti perlu kita mengerti
sejalan kau beritahu aku bagaimana mencintai yang kau cinta
kau adalah mimpiku yang mestinya jadi nyata
kau lebih suka menjelma ketika tidur mau ku terima
kedatanganmu
tetapi,
kau tetaplah mimpi
bahkan lebih dari sekedar halusinasi
pada akhirnya aku kewalahan mempuisikan segala kau
;mimpi-mimpiku
kau apa kabar?
lama sekali tak jumpa terasa
padahal baru kau tinggal sebentar
tapi kau apa merasa?
debar di hatiku sama kesannya dengan getar di bibirmu?
karna itu aku rindu
pada kau hatiku mencari-cari
aku mohon satu hari saja tak berbenah
meskipun mesti, usahlah kau pergi
setangkai melati ini ku kirim padamu
dengan permohonan maaf dari hati
ya, sungguh-sungguh ku lantunkan maaf karna telah lancang
mencintai kau
maka,
adakah kiranya kesempatan bagiku buat kau menerima maafku?
atau,
adakah kiranya kesempatan bagiku buat kau menerima cintaku?
tatapmu dari jauh menikam rumahku yang cuma berpenghuni salam
aku memang sedang tak berada di sana
dan meski apapun kau tak mampu ku jamah
aku dapat sangat membaca hatimu yang menyeru
sementara tak pernah ku kenal kau kecuali lewat angin
sekelebat
hingga aku baru tersadar mengetahui semalam tadi jiwaku
mencari tau seberapa dalam dasar hatimu
cintaku, malam menikamku dari mimpi ke mimpi
bahkan aku tak mampu mengendalikan pikiranku sendiri
ah cintaku, bagaimana mesti ku robek wajah malam?
sementara tangan-tangannya begitu kuat pada bayangku
mencengkeram
hai, bagaimana tidurmu?
apa sekarang masih tak kau izinkan aku datang di mimpi?
jujur, aku lebih bersemangat ketika ada kau di hatiku
kenapa lekas sekali pulang?
jika memang sudah tak betah lagi singgah
sampai kapan kau mau menguasai pikiranku?
kau tak beri aku lagi garis-garis senyum pada
lukisan hatiku
maka aku tak tau lagi bagaimana dapat
ku bingkai keindahan dan mewarnai setiap titik pembentuk nyawa
kali ini,
dan kali yang terakhir mengharap
tandailah pada hatiku senyum penutup sebagianmu
(Mei-Oktober 2008)
***
Hak cipta pada irvan r destriana; |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar