buat sepiku
DITINGGAL CERITA
SEPI DI SETIAP
KABUR
DERMA
BIARKAN
BULAN
kini akhirnya aku bosan sendiri
pikiran terus nyelonong padahal kosong, dan
sudah sampai selarut ini mulut habis lama dibungkam
sementara malam cuma diam
dalam deretan kata yang hilang cerita
malamku sepinya masih
sedang kelamnya di hatiku bertumpang tindih
ku hitung berapa detak detik lalu
dari tika angin pembawa rinduku menderu
lagi berapa sendiri ku hitung berikut
sampaikah nyawa serta jiwa dahulu direnggut?
sampai kapan pun bayangku kan tetap hitam dan
sendirian
itu pun selama ada cahaya dan ku
kecuali bayanganku tau kemana mesti mencari
atau dariku sama sekali enyah yang terlampau sendiri
ini hatiku berkali-kali telah memberi
mungkin terlalu pamrih sehingga tak seorang pun yang sedianya
mau berbagi
lalu ku tumpahkannya rasa
ku biarkan luka menganga
sebab sungguh tak ku tau lagi siapa yang pantas menerimanya
aku bukannya tak mau menjelaskan padamu kata demi kata
aku hanya tak mau melibatkan peristiwa
jadi, biarlah kita terbenah dalam kisah
dan biarkan aku tidur diantara reruntuhan kata yang tersisa
aku lihat bulan duduk di atas malam
menjulurkan kakinya ke bumi kemudian dipeluknya langit
hah,
ku tau bulan bukan Tuhannya malam
bahkan ku tau ia ingin mendekap bumi seharian
tapi, aku sering bertanya sendiri
kenapa ia suka sekali sepi?
(2009)
***
Hak cipta pada irvan r destriana; |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar